Risiko Ekonomi Akibat Kanker

Selasa, 25 Agustus 2015 - 08:27 WIB
Risiko Ekonomi Akibat...
Risiko Ekonomi Akibat Kanker
A A A
TAK hanya masalah kesehatan yang menurunkan kualitas hidup, kanker telah terbukti membawa masalah bagi tatanan sosial dan ekonomi seseorang.

Peningkatan masalah kanker akan menyebabkan krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Menurut sebuah penelitian terbaru dari the George Institute for Global Health, penyakit kanker telah menjadi beban bagi masyarakat dan sistem perawatan kesehatan, khususnya di Asia Tenggara. Angka kesulitan ekonomi semakin meningkat seiring terlambatnya deteksi dini pada penderita kanker.

Diperkirakan, hanya 1 dari 10 penderita kanker didiagnosis pada stadium awal kanker yang masih dapat ditangani. Deteksi pada stadium akhir hanya akan menjadi beban bagi masyarakat karena hilangnya produktivitas ekonomi dan terancam berujung kematian. Penelitian yang dilakukan oleh George Institute for Global Health bertajuk “ASEAN Cost in Oncology (ACTION)” telah menguji biaya yang dikeluarkan oleh 9.513 orang penderita kanker di delapan negara, di antaranya Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak kanker terhadap perekonomian rumah tangga, kelangsungan hidup penderita, serta kualitas hidup. Penelitian ini memberikan bukti nyata bahwa kebijakan di negara-negara Asia Tenggara perlu meningkatkan akses perawatan kanker dan memberikan perlindungan terhadap ekonomi yang memadai dari beban biaya penyakit.

“Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit kanker tidak hanya berdampak pada penderita, juga keluarga dan lingkungan mereka. Kami berharap temuan dari ACTION Study dapat membantu pemerintah setiap negara di Asia Tenggara menentukan langkah dan kebijakan yang tepat untuk memerangi penyakit kanker dalam jangka waktu yang panjang,” papar Professor Mark Woodward MSc PhD, Professor of Statistics and Epidemiology dari the George Institute for Global Health, koferensi pers Result of a Study on The Socioeconomic Burden of Cancer in South East Asian Countries, di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (20/8).

Peningkatan populasi yang menua dan beban kanker di kawasan Asia Tenggara mengarah pada risiko kanker menjadi epidemi yang akan melanda Asia Tenggara. Diperkirakan terdapat 770.524 kasus kanker baru dan 527.000 kematian karena kanker di Asia Tenggara pada 2012. Jumlah kasus baru diperkirakan akan meningkat sekitar 70% pada 2030 yang mencapai 1,3 juta.

Total kasus kanker di Asia Tenggara masih didominasi oleh kanker payudara, paru-paru, hati, usus, dan leher rahim. Temuan penelitian ini menunjukkan, dari 9.513 pasien yang ditindaklanjuti pada bulan ke-12, hampir 50% dari penderita kanker mengalami kebangkrutan, sementara 29% mengalami kematian. Selain itu, hampir setengah atau 44% dari pasien yang selamat akan mengalami kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh penyakit kanker sehingga menggunakan tabungan masa depan.

Profesor Nirmala Bhoo-Pathy MD PhD memaparkan beban biaya bagi penderita kanker. Rata-rata biaya untuk pengobatan kanker payudara dapat mencapai USD15.000 atau sekitar Rp207.569.923 per tahun. Penderita dengan penghasilan sebesar USD1.100 (atau sekitar Rp15.221.795) atau lebih rendah per bulan akan mengalami kesulitan untuk pembayaran pengobatan mereka.

Dengan rata-rata PDB per kapita pada 2014 sebesar USD3.553,75 atau sekitar Rp49.176.775 untuk delapan negara yang terlibat, hampir semua penderita kanker harus menggunakan tabungan mereka dan mengalami kebangkrutan selama menjaga kualitas hidup mereka.

“Kebangkrutan atau Financial Catastrophe didefinisikan dengan menghabiskan sebanyak 30% atau lebih dari penghasilan utama rumah tangga dan uang saku untuk biaya pengobatan kanker,” ungkap Nirmala yang sekaligus Cancer Epidemiologist di University of Malaya.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0630 seconds (0.1#10.140)